Home

Jumat, 30 Juli 2010

9 Matahari

Novel ini novel ketiga yang aku baca dari empat novel yang aku pinjam dari teman mayaku, Sa'ad. Novel 9 matahari merupakan novel pertama dari Adenita. Kata Sa'ad, novel ini bercerita tentang perjuangan seseorang yang menginginkan nikmatnya pendidikan ditengah masalah krisis finansial yang dihadapi oleh keluarganya. Dari kata-katanya aku langsung senang karena aku pikir novelnya akan sama dengan Laskar Pelangi yang begitu sukses di Indonesia. Tapi perkiraanku salah. Novel ini menurutku seperti diary perjuangan seseorang yang ingin melanjutkan kuliahnya dengan bekerja sambilan. Novel ini paling lama kuselesaikan, kira hampir 1 minggu untuk buku berhalaman 352. Yap Sangat lama sekali. Hal ini mungkin karena aku (maaf) agak bosan dengan ceritanya yang terlalu bercerita tentang diri sendiri tanpa banyak dialog dengan yang lain. Namun, dari novel ini aku mendapatkan banyak hal. Aku mendapatkan sosok diriku pada sisi kelam Matari. Maksudku sifatku yang agak mirip Matari, tokoh utama pada novel ini, saat Matari terpuruk seperti minder, gak percaya diri, gak terbuka, terlalu banyak mengeluh dan menyalahkan orang lain. Di sini aku banyak belajar bagaimana Matari bisa keluar dari sifat2 itu dan menjadi orang yang tangguh. Sebenarnya aku sudah tau beberapa cara untuk meninggalkan sifat itu. Aku pun kurasa agak berubah tapi sayangnya perubahanku sangat kecil sekali. Apalagi ketika aku down, sifat itu kembali pada diriku. Tiba2 aku malah rindu dengan sifat2ku itu. Tapi aku sekarang mulai bangkit lagi. Yah seperti yang diceritakan di novel atau buku manapun, pasti ada saat2 seseorang jatuh dan ada saatnya ia sadar dan harus bangkit dari jatuhnya itu. Dari novel ini, aku mempelajari bagaimana efek dari sahabat2 dan orang2 dekat ketika kita jatuh. Selain itu, jangan pernah gengsi untuk minta tolong tapi ya jangan terlalu sering juga. Yang penting seimbang. Kadang tangan kita terulur dengan hati yang lapang, kadang tangan kita menarik dengan menahan segala gengsi. Aku juga suka bagaimana cara Matari menyikapi kehilangan orang2 yang dicintainya. Hampir mirip dengan aku. Aku lagi2 melihat diriku ada padanya hehe. Memang sangat susah pada awalnya. Namun, semua pertemuan memang ada perpisahan. Hal ini juga berkat sahabat2 yang selalu disampingku, seperti halnya Matari. Yang aku tak punya adalah perjuangannya untuk dapat menikmati indahnya kuliah. Tapi aku masih ingat perjuangan orang tuaku untuk dapat menguliahkan aku. Aku masih ingat ketika SMA, mama selalu berkata "apakah bisa mama menyekolahkan kamu hingga kuliah dan kalaupun bisa biaya darimana? Kuliahkan butuh biaya yang besar tak seperti SD,SMP,SMA yang masih bisa dicicil" Mendengar itu kami hanya bisa berdoa. Dan karena Allah Maha kaya jadi alhamdulillah ada saja rezeki dariNya untukku melanjutkan kuliah. Jadi aku gak harus bekerja keras seperti Matari sampai berhutang2. Mungkin aku hanya bantu2 kerjaannya papa saja. Kalo soal hutang..itu salah satu yang paling dihindari oleh keluargaku. Haa mungkin aku terlalu banyak bercerita nih kayaknya haha :D. Lebih baik kamu baca sendiri deh biar tau gimana perjuangan si Matari menggapai indahnya bangku kuliah dan kesuksesannya. Semoga dari sini kamu bisa mendapatkan nilai2 yang dapat menginspirasimu untuk lebih maju :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar