Home

Sabtu, 20 Agustus 2011

Dunia Telah Berbeda

Hari ini kampus sangat sepi tak seperti biasanya. Padahal biasanya meski hari telah sore, anak-anak masih saja nongkrong di lapangan jurusanku. Entah main basket, futsal maupun volly. Aku terus saja menulusuri koridor jurusanku. Sudah lama aku tak kesini. Terakhir mungkin sekitar empat tahun yang lalu. Tak banyak yang berubah. Mungkin hanya tamannya yang semakin ayem karena banyak tumbuhan yang tumbuh ditambah dengan kolam ikan lengkap dengan air mancurnya yang membuat perasaan semakin tentram. Hmm...aku semakin rindu akan masa laluku ketika masih berstatus mahasiswa.

Sekarang aku telah menjadi engineer di salah satu perusahaan swasta di Kalimantan. Entah apa yang membawaku kesini. Seminggu libur dan kembali ke tanah kelahiranku setelah berbulan-bulan tinggal di pulau orang membuatku sangat rindu akan suasana kota ini. Panasnya, makanannya, termasuk kenangan akan kampus ini yang sedikit banyak telah merubah pribadiku.

Tanggal 19 April 2011. Ku lihat tanggal di Handphoneku. Tepat tanggal ini. Ya, mungkin karena tanggal ini aku berada disini untuk menepati janjiku kepada seseorang di masa laluku. Rasanya hatiku tak karuan sekali. Semakin dekat dengan tempat dia berjanji padaku semakin cepat jantungku berdetak. Entahlah..otakku pun tak bisa berpikir normal. Satu per satu frame kenangan masa lalu lewat dengan cepat di dalam kepalaku. Tawa, tangis, janji itu, semua yang kita alami membuat otakku serasa overload. Yang aku tahu satu-satunya adalah hari ini aku akan bertemu orang yang selama ini aku rindukan.

Ah koridor ini terasa lama aku lewati. Tanganku terasa dingin sekali. Aneh, Surabaya hari ini terasa dingin. Aku rapatkan cardigan hitamku untuk mengusir hawa dingin. Segera aku berlari menuju taman di depan laboratorium bahasa. Aku tak sabar lagi untuk bertemu dengannya. Aku ingin mengetahui keadaannya setelah lama hilang kontak dengannya. Aku ingin mendengarkan pengalamannya yang dulu sering ia ceritakan padaku.

Ternyata taman itu masih sepi. Aku memilih tempat duduk yang enam tahun lalu aku duduki bersamanya ketika berjanji untuk bertemu lagi. Masih teringat saat itu. Aku dan dia sama-sama masih remaja. Aku tertawa dalam hati, bagaimana bisa dua orang remaja sudah berpikir sejauh itu. Janji untuk bertemu lagi setelah dewasa dan sudah siap untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Janji tak ingin saling mengotori hati satu sama lain. Dan semenjak itu kita jarang berbicara hanya untuk saling menjaga hati kami. Lucu memang. Tak sama dengan kebiasaan anak-anak muda jaman itu. Sudah enam tahun ini aku mencintainya. Tak pernah ada laki-laki lain yang bisa menggantikannya di hatiku. Bagiku cinta sejati hanya datang sekali seumur hidup.

Hmm.. Sore ini taman terlihat indah meski mendung. Ditemani dengan burung-burung yang hinggap diantara pohon-pohon yang rindang, aku setel laguku dengannya dulu dari handphoneku, If u're not the one milik Daniel Bedingfield. Aku terbawa dengan iramanya. Liriknya yang romantis selalu mengingatkanku padanya. Tak terasa satu jam telah berlalu. Aku menoleh kesana kemari tak ada tanda-tanda kedatangannya. Aku lihat jamku sudah menunjuk angka lima. Aku tertunduk lesu. Mungkinkah ia lupa akan janji kita dahulu. Atau dia sudah memiliki penggantiku. Otakku lagi-lagi berpikir tak karuan. Aku tak ingin apa yang aku takutkan selama ini menjadi kenyataan. Lama aku termenung dalam lamunanku tentang dia. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah sepatu. Langsung aku menoleh dengan semangat. Ya dia...dia akhirnya datang juga. Hatiku gembira bukan main. Tapi ada yang berbeda dari wajahnya. Wajahnya menggambarkan kesedihan sambil memandangku. Dia menatapku dengan pandangan kosong. Aku hanya terdiam penuh tanda tanya. Selama ini sudah terlalu banyak pertanyaan yang tak terungkapkan. Dia duduk tepat di depanku. Matanya memandang jauh lapangan di sebelah taman. Bukan..ini bukan orang yang aku kenal dulu. Aku tak pernah mengenalnya selemah ini. Apalagi sampai meneteskan air mata. Ia membuka koran dari tasnya, melihat sebentar sembari membuangnya. Aku langsung mengambil koran itu. Aku penasaran dengan semua yang terjadi padanya. Langsung aku baca koran itu. Koran itu tertanggal 18 April 2011. Ada headline yang berjudul "Lagi, Kecelakaan Pesawat Menewaskan Seluruh Penumpangnya". Aku tercengang. Bukankah ini pesawat yang aku tumpangi kemarin. Aku baca lagi daftar korbannya. Aku urut satu-satu, berharap namaku tidak ada di sana. Tapi harapan tinggallah harapan. Air mataku menetes membasahi koran itu. Aku menatapnya. Kami sama-sama saling menatap penuh haru. Janji, harapan dan cita-cita, semua tinggallah kenangan masa lalu. Dunia kami telah berbeda