Home

Rabu, 30 November 2011

Label : Fiction Story




Entah mulai kapan gw suka nulis cerpen. Padahal gw sendiri kagak terlalu suka nulis haha..Fiction story, itulah label yang gw tulis di blog gw. Kumpulan cerpen- cerpen bikinan sendiri. Entah ide-ide itu ngalir gitu aja di kepala ini. Dan anehnya gw ngerasa lega setelah menuliskan semua itu. Yupz serasa beban di hati lepas sudah fiuuhhhh...
Gw bisa mencurahkan isi hati gw, bisa nulisin pengalaman gw....kagak ngurus orang bilang tuh cerita jelek atopun bagus...yang gw lega haha

Kalo dulu sih gw suka mencurahkannya dalam bentuk puisi..hmm ya puisi..tapi entah mengapa sekarang rasanya metal (melankolis total,red) banget kalo nulis puisi.. Kata anak muda sekarang kayak galau hahaha...Ato mungkin nih emang jadi mainan baru gw buat ngelampiasin segala sesak dalam dada, segala khayalan, segala mimpi, dari yang aneh sampe yang nyata, dari yang bener2 kejadian sampe bualan doank...

Whateverlah...yang penting gw suka :D


Gagal lagi




Gagal lagi....itulah yang didapatkan dari akhir cerita yang dimainkan
Dan lagi-lagi aku mendengar kata-kata pasrah berbunyi "Ya Sudahlah"
Huaaah udah kayak lagunya Bondan Prakoso aja...

Yang aku tahu gak ada trigger sama sekali di setiap chapter permainan pemainnya. Entah apa emang pemainnya yang malas untuk berjuang ato udah dari sononya kena kutuk untuk selalu gagal dalam permainan ini.

Hampir malas aku membaca journal itu. Rasa-rasanya aku sudah bisa menebak akhir jalan cerita yang ditawarkan. Pernah suatu saat aku mencoba untuk husnudzon dengan cerita baru yang diterbitkan lagi. Jalan ceritanya sungguh sangat menjanjikan. Nah, mungkin yang ini nih yang berhasil...aku sudah berharap banyak akan cerita itu. Tapi tiba-tiba ketika klimaksnya malah yang kudapati antiklimaks. Yah sekali lagi dengan berat harus ku katakan GAGAL LAGI!

Yah sepertinya aku tambah suangat malas sekali untuk membuka apalagi membaca lembaran cerita yang ditawarkan. Belum selesai rasa malasku menolak membaca satu cerita yang ditawarkan, datang lagi tawaran cerita yang lain. Sudah yah....cukup untuk saat ini. Aku gak mau baca cerita apapun itu...aku males kalo akhir ceritanya gagal! Aku gak ingin harapanku yang sudah aku bangun dari awal cerita yang ku baca runtuh di akhir cerita...

Selasa, 29 November 2011

Susahnya Minta Maaf

Entahlah, kenapa untuk minta maaf aja susah banget
Padahal nih udah lama ngerencanain buat minta maaf ke seseorang trus uda ngerencanain mo ngomong apa aja..udah tinggal ngomong aja...eee pas di depan orangnya, kata maaf itu cuma tertahan di mulut aja.
Ga tau dianya yang pergi
Ga tau gengsiku muncul begitu aja
Ga tau dianya ma orang lain
Atau ada aja kejadian yang membuatku marah lagi
Entahlah pokoknya ada ajah yang membuatku menahan kata maaf ke dia

Okelah mungkin ada waktu lain, pikirku
Tapi ya gitu...ketika aku ngerencanain buat minta maaf lagi, pasti gagal lagi gagal lagi --"a
Ketika uda mau ngomong, "Maaf yah atas sikapku selama ini". Pasti pikiranku melayang akan semua yang terjadi. Pikiranku selalu berkata kalo bukan hanya aku aja yang salah tapi dia juga salah ma aku. Aku gak akan bersikap seperti ini kalo gak gara-gara dia bersikap seperti itu kepadaku. Masa' aku duluan yang minta maaf. lagi-lagi egoku muncul lagi...fiuuuhhh susah sekali me-reduce nih ego ma gengsi

Kalo emang ngomong susah, gimana kalo sms ajah. Oke kayaknya lebih sip tuh sms...paling nggak ntar kalo ketemu bisa ngomong juga. Dan sms-pun sudah terkirim...aku emang udah minta maaf ke dia. Tinggal nunggu balesannya....dan ternyata setelah nunggu lamaaaaa banget..ga ada balasan sama sekali!
Ya ampuuuunnnnn...gue harus gimana lagiiii...
Susah banget sihhh buat minta maap

Yang sekarang malah lebih lucu lagi...mau minta maaf lagi ke dia eeee sekarang malah aku yang marah gara-gara anak-anak..huft susah deh

Emang sih sikapku kekanak-kanakan banget. Tapi gimana yah.. Aku juga sebenernya ga mau nunda-nunda lagi buat minta maaf. Aku takut semuanya terlambat, kayak lagu yang liriknya " I said it's too late to apologize". Aku gak pengen semuanya terlambat.
Yah semoga aja aku punya kesempatan buat minta maaf dan ngejelasin semuanya ke dia.
Dan semoga aja dia tau kalo sebenernya aku gak bermaksud seperti itu.
Anyway..bagi yang punya advice buat aku tentang gimana caranya minta maaf dan supaya bisa kembali kayak dulu lagi...tolong comment yah
Beneran....uda rumit banget nih! it so complicated :(

Kamis, 24 November 2011

Dimana Rumahmu Nak?

‎"Dimana rumahmu Nak?


Orang bilang anakku seorang aktivis. Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana. Orang bilang anakku seorang aktivis. Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat. Orang bilang anakku seorang aktivis. Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.


Anakku, sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukkanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.


Anakku, kita memang berada disatu atap nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini dimanakah rumahmu nak? ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah, dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu. Ah, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Atau jangankan untuk tersenyum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau, katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu nak, ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu. Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak, tapi bukankah aku ini ibumu? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..


Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya nak, kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak?


Anakku, ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang nak, menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan. Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?


Anakku, ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat disana sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana. Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal nak, andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu, putra kecilku..


Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak, dimana profesionalitasmu untuk ibu? dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?


Ah, waktumu terlalu mahal nak. Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..

Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kakak dan adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.


Untuk mereka yang kasih sayangnya tak kan pernah putus, untuk mereka sang penopang semangat juang ini. Saksikanlah, bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu atas segala aktivitas yang kita lakukan. Karena tanpa ridhamu, Mustahil kuperoleh ridhaNya..."


copy paste dari grup tetangga... :-) jadi kangen Orang tua di rumah.


buat kedua orang tuaku tercinta maafin hilda ya :'(

Rabu, 09 November 2011

"Kebanyakan persahabatan selalu diakhiri dengan cinta...
tapi jarang sekali cinta berakhir dengan persahabatan"
~Sa'ad Ahyat Hasan~

"Memilih itu mudah...
tapi menjaga pilihan itu yang susah"
~Imron Gozali~

"Menjadi jomblo itu pasti...
tapi menjadi single itu pilihan"
~Imron Gozali~

"Berani hidup harus berani mati
Takut mati jangan hidup
Takut hidup mati saja
Hidup sekali, hiduplah yang penuh arti"
~Siti Musabikha~

"A smile to start the day will give you more spirit to walk on the day"
~Nur Hamidah~

"Cinta sekali setelah itu mati"
~Novel Galaksi Kinanthi~

"Hidup itu seperti roda berputar
dan aku ingin memperlambat jalannya
agar nanti di akhir perjalanan aku berada di atasnya
caranya dengan memperbesar diameter roda itu
kau tau cara memperbesar diameter roda?
banyak-banyaklah beramal"
~Wahid Hasan~

*Ayo sapa lagi yang mau nyumbang kata-kata mutiara?
:D