
Kamis, 01 Desember 2011
Siang itu

Rabu, 30 November 2011
Label : Fiction Story

Gagal lagi

Selasa, 29 November 2011
Susahnya Minta Maaf
Kamis, 24 November 2011
Dimana Rumahmu Nak?
"Dimana rumahmu Nak?
Orang bilang anakku seorang aktivis. Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana. Orang bilang anakku seorang aktivis. Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat. Orang bilang anakku seorang aktivis. Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.
Anakku, sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukkanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.
Anakku, kita memang berada disatu atap nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini dimanakah rumahmu nak? ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah, dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu. Ah, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Atau jangankan untuk tersenyum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau, katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu nak, ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu. Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak, tapi bukankah aku ini ibumu? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..
Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya nak, kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak?
Anakku, ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang nak, menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan. Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?
Anakku, ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat disana sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana. Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal nak, andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu, putra kecilku..
Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak, dimana profesionalitasmu untuk ibu? dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?
Ah, waktumu terlalu mahal nak. Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..
Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kakak dan adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.
Untuk mereka yang kasih sayangnya tak kan pernah putus, untuk mereka sang penopang semangat juang ini. Saksikanlah, bahwa tak ada yang lebih berarti dari ridhamu atas segala aktivitas yang kita lakukan. Karena tanpa ridhamu, Mustahil kuperoleh ridhaNya..."
copy paste dari grup tetangga... :-) jadi kangen Orang tua di rumah.
buat kedua orang tuaku tercinta maafin hilda ya :'(
Rabu, 09 November 2011
Sabtu, 20 Agustus 2011
Dunia Telah Berbeda
Hari ini kampus sangat sepi tak seperti biasanya. Padahal biasanya meski hari telah sore, anak-anak masih saja nongkrong di lapangan jurusanku. Entah main basket, futsal maupun volly. Aku terus saja menulusuri koridor jurusanku. Sudah lama aku tak kesini. Terakhir mungkin sekitar empat tahun yang lalu. Tak banyak yang berubah. Mungkin hanya tamannya yang semakin ayem karena banyak tumbuhan yang tumbuh ditambah dengan kolam ikan lengkap dengan air mancurnya yang membuat perasaan semakin tentram. Hmm...aku semakin rindu akan masa laluku ketika masih berstatus mahasiswa.
Sekarang aku telah menjadi engineer di salah satu perusahaan swasta di Kalimantan. Entah apa yang membawaku kesini. Seminggu libur dan kembali ke tanah kelahiranku setelah berbulan-bulan tinggal di pulau orang membuatku sangat rindu akan suasana kota ini. Panasnya, makanannya, termasuk kenangan akan kampus ini yang sedikit banyak telah merubah pribadiku.
Tanggal 19 April 2011. Ku lihat tanggal di Handphoneku. Tepat tanggal ini. Ya, mungkin karena tanggal ini aku berada disini untuk menepati janjiku kepada seseorang di masa laluku. Rasanya hatiku tak karuan sekali. Semakin dekat dengan tempat dia berjanji padaku semakin cepat jantungku berdetak. Entahlah..otakku pun tak bisa berpikir normal. Satu per satu frame kenangan masa lalu lewat dengan cepat di dalam kepalaku. Tawa, tangis, janji itu, semua yang kita alami membuat otakku serasa overload. Yang aku tahu satu-satunya adalah hari ini aku akan bertemu orang yang selama ini aku rindukan.
Ah koridor ini terasa lama aku lewati. Tanganku terasa dingin sekali. Aneh, Surabaya hari ini terasa dingin. Aku rapatkan cardigan hitamku untuk mengusir hawa dingin. Segera aku berlari menuju taman di depan laboratorium bahasa. Aku tak sabar lagi untuk bertemu dengannya. Aku ingin mengetahui keadaannya setelah lama hilang kontak dengannya. Aku ingin mendengarkan pengalamannya yang dulu sering ia ceritakan padaku.
Ternyata taman itu masih sepi. Aku memilih tempat duduk yang enam tahun lalu aku duduki bersamanya ketika berjanji untuk bertemu lagi. Masih teringat saat itu. Aku dan dia sama-sama masih remaja. Aku tertawa dalam hati, bagaimana bisa dua orang remaja sudah berpikir sejauh itu. Janji untuk bertemu lagi setelah dewasa dan sudah siap untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Janji tak ingin saling mengotori hati satu sama lain. Dan semenjak itu kita jarang berbicara hanya untuk saling menjaga hati kami. Lucu memang. Tak sama dengan kebiasaan anak-anak muda jaman itu. Sudah enam tahun ini aku mencintainya. Tak pernah ada laki-laki lain yang bisa menggantikannya di hatiku. Bagiku cinta sejati hanya datang sekali seumur hidup.
Hmm.. Sore ini taman terlihat indah meski mendung. Ditemani dengan burung-burung yang hinggap diantara pohon-pohon yang rindang, aku setel laguku dengannya dulu dari handphoneku, If u're not the one milik Daniel Bedingfield. Aku terbawa dengan iramanya. Liriknya yang romantis selalu mengingatkanku padanya. Tak terasa satu jam telah berlalu. Aku menoleh kesana kemari tak ada tanda-tanda kedatangannya. Aku lihat jamku sudah menunjuk angka lima. Aku tertunduk lesu. Mungkinkah ia lupa akan janji kita dahulu. Atau dia sudah memiliki penggantiku. Otakku lagi-lagi berpikir tak karuan. Aku tak ingin apa yang aku takutkan selama ini menjadi kenyataan. Lama aku termenung dalam lamunanku tentang dia. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah sepatu. Langsung aku menoleh dengan semangat. Ya dia...dia akhirnya datang juga. Hatiku gembira bukan main. Tapi ada yang berbeda dari wajahnya. Wajahnya menggambarkan kesedihan sambil memandangku. Dia menatapku dengan pandangan kosong. Aku hanya terdiam penuh tanda tanya. Selama ini sudah terlalu banyak pertanyaan yang tak terungkapkan. Dia duduk tepat di depanku. Matanya memandang jauh lapangan di sebelah taman. Bukan..ini bukan orang yang aku kenal dulu. Aku tak pernah mengenalnya selemah ini. Apalagi sampai meneteskan air mata. Ia membuka koran dari tasnya, melihat sebentar sembari membuangnya. Aku langsung mengambil koran itu. Aku penasaran dengan semua yang terjadi padanya. Langsung aku baca koran itu. Koran itu tertanggal 18 April 2011. Ada headline yang berjudul "Lagi, Kecelakaan Pesawat Menewaskan Seluruh Penumpangnya". Aku tercengang. Bukankah ini pesawat yang aku tumpangi kemarin. Aku baca lagi daftar korbannya. Aku urut satu-satu, berharap namaku tidak ada di sana. Tapi harapan tinggallah harapan. Air mataku menetes membasahi koran itu. Aku menatapnya. Kami sama-sama saling menatap penuh haru. Janji, harapan dan cita-cita, semua tinggallah kenangan masa lalu. Dunia kami telah berbeda
Jumat, 03 Juni 2011
Obrolan Masa Depan
Selasa, 31 Mei 2011
Impian Masa Depan: London di Malam Hari
Aku bergegas mengambil mantelku dan keluar apartemenku. Entahlah malam ini London begitu dingin padahal musim dingin telah berakhir. Perutku sudah meronta-ronta setelah seharian ini aku bergulat dengan tugas-tugas kampus yang begitu banyak. Biasanya aku makan di resto yang disediakan oleh apartemenku tapi kali ini perutku menolak makan disana. Sudah eneg rasanya makan makanan orang bule haha padahal sudah setahun aku disini tapi lidahku masih saja lidah Indonesia. Aku masih suka makan nasi. Ku rasa bukan suka lagi tapi suatu keharusan!
Ku kenakan headset kesayanganku dan kusetel lagu-lagu barat lama dari E63 yang sudah menemaniku selama hampir empat tahun ini. Aku berjalan sambil mendekap erat laptop kesayanganku menuju sebuah kafe bernama Depot Indonesia. Tak jauh, hanya terpisah beberapa blok dari apartemenku. Kafe yang dari judulnya sudah pasti menjual berbagai macam masakan Indonesia baru saja opening seminggu yang lalu. Hatiku senang bukan kepalang, rasanya rinduku akan tanah kelahiranku terobati. Maklum, sudah setahun ini aku dapat tugas belajar dari perusahaan tempatku bekerja. Sudah setahun juga aku tak bertemu orang-orang yang aku cintai di Indonesia.
Depot Indonesia, begitulah namanya. Begitu ku buka pintunya, terdengar bu Rina menyapaku dan aku tersenyum. Bu Rina adalah pemilik kafe ini. Karena seringnya aku makan disini, beliau jadi mengingat namaku apalagi kita sama-sama orang Indonesia yang berada di perantauan. Bu Rina sudah ku anggap seperti ibuku sendiri. Keramahannya mengingatkanku akan orang-orang Solo,Jogja. Aku langsung memesan soto Lamongan kesukaanku dan es sinom sebagai pelengkapnya. Hari ini kafe terlihat begitu ramai. Tak hanya orang Indonesia yang datang berkunjung tapi juga ada orang-orang bule. Lebih banyak malah. Aku memilih duduk di pojok ruangan. Selain karena sepi, ada stop kontak untuk laptop di sana dan pemandangannya pun langsung menuju jalanan kota London. Terdengar alunan lagu Changcuter dari pengeras suara yang tepat di atasku, entah aku lupa judulnya, yang pasti ada kata-kata London-londonnya. Hmm...suasana yang tepat sekali. Membuat sakit rinduku menjadi stadium empat. Langsung saja aku buka foto-foto dilaptopku. Melihat foto mama, papa dan aku diantara mereka berdua...mereka tersenyum. Oh ya ampun, pengen nangis rasanya. Ingin sekali aku memeluk mereka. Bagaimana ya keadaan mereka di sana saat ini. Sudah tiga minggu ini aku belum menelepon mereka lagi. Ingin rasanya menelpon mereka tapi uangku sudah menipis. Maklum sudah tanggal tua. Aku harus pintar-pintar menyimpan uang kalau gak mau jadi gelandangan di sini. Untuk sekali menelpon saja aku bisa menghabiskan ratusan ribu sedangkan uang dari perusahaanku hanya cukup untuk kuliah, makan dan beberapa kebutuhan hidup saja. Coba deh kalau orangtuaku bisa chatting pasti aku lebih ngirit pengeluaran telepon haha.... Yah begini deh kalau sudah rindu akut tapi kanker, aku hanya bisa melihat foto mereka. Jadi inget-inget awal-awal aku bisa sampai di sini. London...tak pernah aku membayangkan bisa tinggal di sini dan kuliah di sini. Semua berawal dari awal aku diterima di sebuah perusahaan oil and gas berskala internasional setelah aku lulus kuliah. Setelah bekerja setahun di sana, aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan studiku di luar negeri karena prestasiku. Sekali lagi, tak pernah aku menyangkanya. Aku masih ingat kata-kata mama,"Alhamdulillah da, akhirnya doa-doa mama terkabulkan" *makasih ma :)*. Kuliah di London...wow sampai saat ini aku masih merinding mendengarkan kata-katanya. London, kota impianku sejak aku kecil. Kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri tak kan aku biarkan begitu saja meski sangat berat karena aku harus meninggalkan orang tuaku selama dua tahun. Maklum saja, aku anak tunggal yang tak pernah jauh dari orang tuaku. Ingin aku mengajak kedua orang tuaku untuk tinggal di sini tapi itu tak mungkin karena aku harus menanggung sendiri biaya hidup orang tuaku. Padahal hidup di sini sangat mahal sekali. Teringat pelukan mereka untuk terakhirnya saat mengantarku di airport. Perlahan air mataku menetes. Aku seka airmataku sambil melihat ke arah dapur kafe itu, pesananku belum juga diantar.
Dengan bosan, aku lirik window explorerku, ada folder "Teman Kuliah". Hatiku jadi bergetar. Aku teringat sebuah memori empat tahun lalu. Memori yang mungkin tak akan aku lupakan. Memori tentang seseorang yang berarti bagiku. Aku buka folder itu dan ku lihat fotonya. Foto seseorang yang aku cintai untuk pertama kalinya. Tak banyak memang kenangan yang ada diantara kita berdua. Lagi-lagi mataku berkaca-kaca. Sudah dua tahun ini aku tak betemu dengannya setelah lulus kuliah apalagi mendengar kabarnya. Aku pun tak tahu dimana ia sekarang. Ingin sekali aku bertemu dengannya dan bercerita banyak hal atau mengarkan pengalamannya seperti dulu. Tapi rasanya tak mungkin lagi. Kita terpisah berpuluh ribu kilometer jauhnya. Aku melihat keluar jendela. Terlihat London di malam hari. Arsitektur bangunannya, saljunya yang mulai meleleh, penataan lampunya, semua terlihat sangat anggun sekali. Meski waktu sudah menunjukkan jam sembilan waktu setempat, orang-orang masih berlalu lalang. Kota ini memang gak ada matinya. Ah andai saja kamu di sini bersamaku dan mewujudkan cita-cita yang pernah kita bicarakan bersama. Yang tersisa darinya hanya sebuah janji, dua tahun lagi bertemu. Aku pun tak tahu bertemu dimana. Yah aku hanya bisa percaya kalau jodoh tak akan lari kemana. Entah sampai kapan aku akan terus begini. Begitu banyak rekan kerjaku yang mendekatiku tapi aku tak pernah bisa mengganti posisinya dengan siapapun. Bagiku cinta itu datang hanya sekali. Aku pun tersenyum getir. Ternyata berada berpuluh ribu kilometer darinya tak membuatku lupa padanya. Tiba-tiba pelayan menyadarkanku akan lamunanku. Semangkok soto Lamongan dan segelas es sinom siap untk disantap. Segera aku berdoa, kemudian tersenyum dan mengajak makan mereka seolah-olah ketiga orang yang aku cintai, mama, papa dan dia ada didepanku. Ah semoga suatu saat bisa seperti itu. Dengan lahap aku makan soto yang masih panas. Sesekali aku melihat laptop untuk membuka email dari teman-temanku. Setelah selesai makan, aku buka facebookku yang lama tak ku buka karena kesibukanku sekalian aku buka wallnya untuk mengetahui keadaannya. Tak banyak informasi yang ku dapatkan selain ia juga bekerja di salah satu perusahaan minyak milik negara karena ia juga jarang mengupdate facebooknya.
Tak terasa sudah 1 jam lamanya aku di sini. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, tertulis namanya di homescreen hpku. Rasanya waktu terhenti saat itu juga. Aku tak percaya, aku lihat lagi dan tersadar ternyata hanyalah bunyi alarm hpku. Dan aku terbangun. Loh, aku kok bisa ada disini? Kulihat sekelilingku hanyalah kamar kos-kosan yang sangat kecil. Aku lihat hpku. Jam 5 pagi. Lama aku bengong... Ya ampyuuuun ternyata semua itu cuma mimpi??? Ckckck...Dengan malasnya aku bergegas ke kamar mandi lalu bersiap-siap. Aku harus kerja praktek hari ini. Hari ini hari pertama aku kerja praktek, so aku tak mau telat datang ke sana. Dan untuk mimpi tadi...semoga suatu saat bisa terkabulkan dengan keadaan yang lebih baik lagi... Amien :)
NB: this is just a fiction...really fiction. If any same word or happening or scene, it's just an incidental
Selasa, 10 Mei 2011
membelaiku
menyapa sepiku
dan hanyutkan rasa ini
kau tinggalkan aku
sementara ku menggilaimu
inginkan segudang cintamu
sampai mati
desah akhir nafasku
* usah kau tangisi
biar ku sendiri
nikmati pedihnya luka
tanpamu di pelukanku
hancur hati ini
tak terbayang kan
kau gadaikan cintamu padanya
semestinya kumiliki
nikmat anugerah Illahi
repeat *
** sungguh ku tak mampu
menepis bayangmu
dan aku hanya bisa
mencintaimu"
Minggu, 08 Mei 2011
17 April 2011
Siang hari itu terasa sinar matahari menyapa kulitku dengan sunguh-sungguh
aku duduk di depan gerbang Kenpark sambil menanti jemputan seorang lelaki pertama dalam hidupku (ayah,red)
sembari menanti, anganku ikut melayang bersama debu yang beterbangan di siang hari itu
tak terasa usai sudah dua hari yang cukup melelahkan tapi cukup bermakna bagiku
Yap PKMM mangrove mengajariku banyak hal
dari cara untuk bersabar menghadapi sikon yang tak cukup mengenakkan hingga cara bersepeda motor yang baik
dari kehujanan hingga hampir kecelakaan
entahlah semua kenangan berharga ini tak bisa kusebutkan satu-satu
mungkin semuanya terasa biasa bagi orang lain tapi bagiku semua hal ini sangat langka
memoriku membawaku kembali setahun yang lalu ketika aku menghadiri CEDO
saat itu aku melihat seorang temanku (sebut saja namanya cahaya ---> u know who hehe), ia berdiri di depan penduduk untuk mensosialisasikan briket dari eceng gondok
tiba-tiba saja suara hatiku berkata, "Hmm...kapan ya aku bisa seperti dia,berdiri di sana, menjelaskan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain"
melihat semua panitia yang sedang sibuk dengan acara CEDO, aku berkata pada diriku sendiri,"Ya Allah suatu saat aku ingin seperti mereka, tapi apakah aku bisa dengan keterbatasanku ini?"
entahlah kata-kata itu meluncur begitu saja dari dalam hatiku
selain itu aku pun kenal dengan seseorang yang masuk PIMNAS yang sedikit banyak telah menginspirasiku
ckckck...pasti enak banget ya bisa jalan-jalan gratis hehe
sekarang tepat 1 tahun telah berlalu
aku tak pernah menyangka rintihan hatiku sedikit demi sedikit telah terwujud
aku tak pernah bermimpi untuk menggeluti PKM apalagi didanai seperti sekarang
sekali lagi mungkin bagi banyak orang, hal ini sangat biasa....namun tak begitu bagiku
semua momen akan terasa berbeda bagi orang yang jarang bisa melakukannya
semua kegiatan ini terasa sangat menyenangkan
naik sepeda motor kemana-mana, pulang malam, hujan-hujanan, rapat, arrange kegiatan selanjutnya, estimasi dana, berhubungan dengan birokrasi, beli-beli kebutuhan acara, survey, kenalan dengan anak-anak kecil, renang gratis, luluran dengan lumpur, foto-foto narsis sampai jerit-jerit gara-gara ular
wuah aku selalu berterima kasih karena aku belum pernah merasakan ini sebelumnya...
sehingga membuatku menghargai tiap momen-momen yang langka dalam hidupku
apalagi setelah mengikuti pelatihan BISMA
aku sangat ingin merasakan apa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya
aku sangat ingin melakukan apa yang belum pernah aku lakukan sebelumnya
aku ingin tahun-tahun akhir di kampus terasa lebih bermakna
meski aku tak tahu bagaimana caranya
meski aku harus sedikit "nakal" kepada orang tuaku (maafkan aku)
aku ingin mewujudkan apa yang aku pendam selama ini
banyak orang berlalu lalang dihadapanku
aku bertanya sendiri dalam hati...kemana sih tujuan mereka? kemana sih tujuanku?
aku melihat diriku sendiri...ternyata aku bukan anak kecil lagi
banyak tanggung jawab yang sudah seharusnya aku pikul
sudah seharusnya aku merasakan keras dan nikmatnya dunia ini
meski aku bukan anak kecil lagi, aku takkan pernah merelakan sifat childish meninggalkanku (hehe..)
Hmm...sengatan matahari menyadarkan aku
lelaki yang selama ini mendampingiku telah datang menjemputku
ternyata pikiranku telah mengajakku berlari kesana kemari
aku tersenyum kecil..
hei Hilda...this is not the end...there's a lot things to do
well...setelah PKMM telah berjalan sukses,sekarang waktunya buat controlling n mentoring
so keep the spirit yak mangrove crew ^^d
semoga semuanya berjalan sukses
dan kita bisa menjejakkan kaki di pulau seberang :)
*maaf ya banyak curcol ^^v
*thanks a lot for all mangrove crew