Home

Selasa, 31 Mei 2011

Impian Masa Depan: London di Malam Hari

Aku bergegas mengambil mantelku dan keluar apartemenku. Entahlah malam ini London begitu dingin padahal musim dingin telah berakhir. Perutku sudah meronta-ronta setelah seharian ini aku bergulat dengan tugas-tugas kampus yang begitu banyak. Biasanya aku makan di resto yang disediakan oleh apartemenku tapi kali ini perutku menolak makan disana. Sudah eneg rasanya makan makanan orang bule haha padahal sudah setahun aku disini tapi lidahku masih saja lidah Indonesia. Aku masih suka makan nasi. Ku rasa bukan suka lagi tapi suatu keharusan!

Ku kenakan headset kesayanganku dan kusetel lagu-lagu barat lama dari E63 yang sudah menemaniku selama hampir empat tahun ini. Aku berjalan sambil mendekap erat laptop kesayanganku menuju sebuah kafe bernama Depot Indonesia. Tak jauh, hanya terpisah beberapa blok dari apartemenku. Kafe yang dari judulnya sudah pasti menjual berbagai macam masakan Indonesia baru saja opening seminggu yang lalu. Hatiku senang bukan kepalang, rasanya rinduku akan tanah kelahiranku terobati. Maklum, sudah setahun ini aku dapat tugas belajar dari perusahaan tempatku bekerja. Sudah setahun juga aku tak bertemu orang-orang yang aku cintai di Indonesia.

Depot Indonesia, begitulah namanya. Begitu ku buka pintunya, terdengar bu Rina menyapaku dan aku tersenyum. Bu Rina adalah pemilik kafe ini. Karena seringnya aku makan disini, beliau jadi mengingat namaku apalagi kita sama-sama orang Indonesia yang berada di perantauan. Bu Rina sudah ku anggap seperti ibuku sendiri. Keramahannya mengingatkanku akan orang-orang Solo,Jogja. Aku langsung memesan soto Lamongan kesukaanku dan es sinom sebagai pelengkapnya. Hari ini kafe terlihat begitu ramai. Tak hanya orang Indonesia yang datang berkunjung tapi juga ada orang-orang bule. Lebih banyak malah. Aku memilih duduk di pojok ruangan. Selain karena sepi, ada stop kontak untuk laptop di sana dan pemandangannya pun langsung menuju jalanan kota London. Terdengar alunan lagu Changcuter dari pengeras suara yang tepat di atasku, entah aku lupa judulnya, yang pasti ada kata-kata London-londonnya. Hmm...suasana yang tepat sekali. Membuat sakit rinduku menjadi stadium empat. Langsung saja aku buka foto-foto dilaptopku. Melihat foto mama, papa dan aku diantara mereka berdua...mereka tersenyum. Oh ya ampun, pengen nangis rasanya. Ingin sekali aku memeluk mereka. Bagaimana ya keadaan mereka di sana saat ini. Sudah tiga minggu ini aku belum menelepon mereka lagi. Ingin rasanya menelpon mereka tapi uangku sudah menipis. Maklum sudah tanggal tua. Aku harus pintar-pintar menyimpan uang kalau gak mau jadi gelandangan di sini. Untuk sekali menelpon saja aku bisa menghabiskan ratusan ribu sedangkan uang dari perusahaanku hanya cukup untuk kuliah, makan dan beberapa kebutuhan hidup saja. Coba deh kalau orangtuaku bisa chatting pasti aku lebih ngirit pengeluaran telepon haha.... Yah begini deh kalau sudah rindu akut tapi kanker, aku hanya bisa melihat foto mereka. Jadi inget-inget awal-awal aku bisa sampai di sini. London...tak pernah aku membayangkan bisa tinggal di sini dan kuliah di sini. Semua berawal dari awal aku diterima di sebuah perusahaan oil and gas berskala internasional setelah aku lulus kuliah. Setelah bekerja setahun di sana, aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan studiku di luar negeri karena prestasiku. Sekali lagi, tak pernah aku menyangkanya. Aku masih ingat kata-kata mama,"Alhamdulillah da, akhirnya doa-doa mama terkabulkan" *makasih ma :)*. Kuliah di London...wow sampai saat ini aku masih merinding mendengarkan kata-katanya. London, kota impianku sejak aku kecil. Kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri tak kan aku biarkan begitu saja meski sangat berat karena aku harus meninggalkan orang tuaku selama dua tahun. Maklum saja, aku anak tunggal yang tak pernah jauh dari orang tuaku. Ingin aku mengajak kedua orang tuaku untuk tinggal di sini tapi itu tak mungkin karena aku harus menanggung sendiri biaya hidup orang tuaku. Padahal hidup di sini sangat mahal sekali. Teringat pelukan mereka untuk terakhirnya saat mengantarku di airport. Perlahan air mataku menetes. Aku seka airmataku sambil melihat ke arah dapur kafe itu, pesananku belum juga diantar.

Dengan bosan, aku lirik window explorerku, ada folder "Teman Kuliah". Hatiku jadi bergetar. Aku teringat sebuah memori empat tahun lalu. Memori yang mungkin tak akan aku lupakan. Memori tentang seseorang yang berarti bagiku. Aku buka folder itu dan ku lihat fotonya. Foto seseorang yang aku cintai untuk pertama kalinya. Tak banyak memang kenangan yang ada diantara kita berdua. Lagi-lagi mataku berkaca-kaca. Sudah dua tahun ini aku tak betemu dengannya setelah lulus kuliah apalagi mendengar kabarnya. Aku pun tak tahu dimana ia sekarang. Ingin sekali aku bertemu dengannya dan bercerita banyak hal atau mengarkan pengalamannya seperti dulu. Tapi rasanya tak mungkin lagi. Kita terpisah berpuluh ribu kilometer jauhnya. Aku melihat keluar jendela. Terlihat London di malam hari. Arsitektur bangunannya, saljunya yang mulai meleleh, penataan lampunya, semua terlihat sangat anggun sekali. Meski waktu sudah menunjukkan jam sembilan waktu setempat, orang-orang masih berlalu lalang. Kota ini memang gak ada matinya. Ah andai saja kamu di sini bersamaku dan mewujudkan cita-cita yang pernah kita bicarakan bersama. Yang tersisa darinya hanya sebuah janji, dua tahun lagi bertemu. Aku pun tak tahu bertemu dimana. Yah aku hanya bisa percaya kalau jodoh tak akan lari kemana. Entah sampai kapan aku akan terus begini. Begitu banyak rekan kerjaku yang mendekatiku tapi aku tak pernah bisa mengganti posisinya dengan siapapun. Bagiku cinta itu datang hanya sekali. Aku pun tersenyum getir. Ternyata berada berpuluh ribu kilometer darinya tak membuatku lupa padanya. Tiba-tiba pelayan menyadarkanku akan lamunanku. Semangkok soto Lamongan dan segelas es sinom siap untk disantap. Segera aku berdoa, kemudian tersenyum dan mengajak makan mereka seolah-olah ketiga orang yang aku cintai, mama, papa dan dia ada didepanku. Ah semoga suatu saat bisa seperti itu. Dengan lahap aku makan soto yang masih panas. Sesekali aku melihat laptop untuk membuka email dari teman-temanku. Setelah selesai makan, aku buka facebookku yang lama tak ku buka karena kesibukanku sekalian aku buka wallnya untuk mengetahui keadaannya. Tak banyak informasi yang ku dapatkan selain ia juga bekerja di salah satu perusahaan minyak milik negara karena ia juga jarang mengupdate facebooknya.


Tak terasa sudah 1 jam lamanya aku di sini. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, tertulis namanya di homescreen hpku. Rasanya waktu terhenti saat itu juga. Aku tak percaya, aku lihat lagi dan tersadar ternyata hanyalah bunyi alarm hpku. Dan aku terbangun. Loh, aku kok bisa ada disini? Kulihat sekelilingku hanyalah kamar kos-kosan yang sangat kecil. Aku lihat hpku. Jam 5 pagi. Lama aku bengong... Ya ampyuuuun ternyata semua itu cuma mimpi??? Ckckck...Dengan malasnya aku bergegas ke kamar mandi lalu bersiap-siap. Aku harus kerja praktek hari ini. Hari ini hari pertama aku kerja praktek, so aku tak mau telat datang ke sana. Dan untuk mimpi tadi...semoga suatu saat bisa terkabulkan dengan keadaan yang lebih baik lagi... Amien :)


NB: this is just a fiction...really fiction. If any same word or happening or scene, it's just an incidental

4 komentar:

  1. Mafaaaa
    bagus banget xD
    sukaaaa
    tapi sayang endingnya begitu
    hahaha
    bagus.. suka suka suka :D

    BalasHapus
  2. apikkkkk
    like this

    from : soe_hood89@yahoo.co.id

    BalasHapus
  3. @aci: hehe makasi sayang.... :)
    aku juga sukaaaaa bgt...ampe bener2 berkaca2 mataku nulis ini hehehe
    moga2 kesampaian deh amiiiinnnn :))

    @mas suud: hoalah isin aku
    yap2 makasi :)

    BalasHapus
  4. wah, apik maf...
    sepertinya kamu hutang cerita banyak nih sama aku..

    BalasHapus