Home

Senin, 09 Agustus 2010

Organisasi oh organisasi (part 1)

Sudah lama sekali rasanya ingin hatiku bergabung dengan yang namanya organisasi. Sejak SMP dan SMA yang saat itu terkenal dengan sebutan OSIS, ingin sekali aku menjadi salah satu anggotanya dan merasakan bagaimana seluk beluk kehidupan organisator. Sayangnya keinginan itu bagiku hanyalah sebuah keinginan karena terhambat oleh larangan dan aturan orang tua. Bagaimana tidak sebelum menjadi salah satu anggotanya kita sudah harus ikut LDKS yang selalu diadakan di luar kota. Bagiku itu salah satu hal yang tak mungkin aku lakukan karena tidak boleh. Selain itu adanya rapat yang terkadang hingga melebihi jam pulang sekolah pun sudah dapat dipastikan aku (lagi-lagi) tak dapat mengikutinya karena aku harus pulang tepat jam pulang sekolah kalau tidak wah jangan harap bisa bebas dari orang tua tanpa ada penjelasan yang benar-benar meyakinkan. Dan jika aku menjelaskan telat pulang karena urusan lain selain akademik waaahhhh benar-benar deh harus pasang kuping tebal.

Alhasil bertahun-tahun kupendam hasrat untuk menjadi organisator. Karena mungkin dulu aku tak pernah mengikuti organisasi terkadang aku bingung sendiri mengapa banyak anak (organisator) yang sangat begitu rela melakukan apa saja demi organisasinya bahkan terkadang tak jarang pula merelakan jam bermainnya, jam belajarnya, atau kegiatan lainnya hanya untuk rapat, mengurusi proker, dll. Padahal (menurutku) ada yang lebih penting untuk dilakukan demi masa depannya yaitu belajar ketimbang hanya mbulet aja di organisasi (maklum saat itu pandanganku tentang OSIS hanya kumpul-kumpul tak jelas saja). Bagiku belajar adalah hal yang terpenting *maksudnya pelampiasan dari kesepian ini ^^v* daripada kumpul-kumpul gak jelas *maafkan aku bagi yang merasa aku sindir*

Akhirnya pas masuk ITS semua pandangan berbeda 179 derajat haha...
Berbagai pelatihan dan bermacam-macam seminar yang aku dapatkan mengajarkan aku tentang hal baru yang berbeda dengan pandanganku selama ini. Yang dulu masih nggetu-nggetu belajar biar dapet nilai yang bagus tanpa memperhatikan keadaan sekitar lah sekarang jadinya beda. Emang tetep sih belajar berusaha dapet IP yang sip tapi ditambah dengan beragam kegiatan yang juga menguras tenaga dan pikiran *lebay mode on* Dari sini aku mengerti mengapa selama ini ada orang tak terlalu mementingkan sebuah nilai melainkan praktek. Dan mengapa softskill juga sama pentingnya dengan hardskill tapi tidak bisa kita dapatkan dibangku sekolah maupun kuliah, melainkan organisasi ataupun berbagai pengalaman kita. Sayangnya perubahan pemikiranku ini tak dibarengi dengan perubahan pikiran orang tuaku. Keinginanku untuk berorganisasi tetap saja tak disetujui oleh orang tua. Tapi bagiku itu tak masalah yang penting adalah niat. Dan niatku adalah mengikuti organisasi di tahun keduaku di ITS ini (di ITS, tahun kedua mahasiswa sudah bisa bergabung di organisasi). Masalah orang tua pasti bisa dibicarakan lagi (tapi akhir-akhirnya masalah ini masih tetap mengganjal juga meski aku sudah terjun di dunia organisasi)

Pas tahun pertama di ITS, aku dan dua sahabatku yang tergabung dalam tim PKTI sudah berangan-angan untuk masuk disebuah organisasi dan departemen yang pas untuk kita. Dengan semangat yang ada, kami mengikuti screening untuk pertama kalinya dengan hati yang berdebar-debar. Sayangnya semangat yang ada tak membuahkan hasil :(. Aku dan kedua sahabatku tidak diterima disana. Hampir saja aku putus asa saat itu. Aku tak tau lagi harus lanjut kemana karena untuk ikut organisasi tingkat yang selanjutnya jujur aku gak pede apalagi setelah tau bahwa aku gak diterima diorganisasi ini. Aku berpikir kalau di lingkungan sendiri saja tidak diterima apalagi di lingkungan luar....
Yah memang inilah sikap burukku yang sering minder karena jarang bersosialisasi

-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar